Luka lalu saja belum benar-benar sembuh. Dan ternyata aku "dipercaya" lagi untuk mengurusi luka baru. Akh..rasanya semakin kebal saja. tepatnya mungkin mati rasa. Mereka bahagia, dan aku terluka. Tapi syukur ku ucapkan mataku lebih kuat dari hatiku. Dan mulutku, sudah jauh lebih pandai tersenyum lalu tertawa untuk menutupi remuk redam hatiku.
Terkadang aku berpkir, apakah aku terlampaui bodoh, sampai-sampai harus melalu hal ini berkali-kali? Tapi ngga. Aku tidak sebodoh yang aku pikir. Ini hanya soal waktu, soal waktu yang belum tepat. Soal Tuhan yang belum mengizinkanku bertemu dengan pilihan-Nya.
Aku iri.
Ya, sungguh aku iri pada dia, aku iri pada semua yang tengah berbahagia dengan satu alasan itu. Tapi bisa apa aku? selain tersenyum, dan menyelamati mereka sepaket dengan doa-doa terbaik yang berhak mereka dapatkan dariku.
Oke,
Aku menerima. Aku berterimakasih atas semua jalan yang Dia tunjukan. Hanya aku minta sama Tuhan agar aku dilimpahkan kesabaran berlipat. Serta lindungi aku dan keluargaku dari kata yang disebut putus asa.
Aku yakin apapun jalanku, seperti apapun langkahku, ini adalah yang terbaik. Ikhlas. Ya, ketika ikhlas adalah satu-satunya kata klasik yang menjelma kekuatan tak terbanding.
Bandung, 02 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar