Selasa, 02 September 2014

Aku Menikmatinya, Tuhan...

Semua ini dari-Mu, dan aku yakin yang terbaik untukku. Andaipun ini harus berliku, aku mohon limpahkan kesabaran untukku. Berapapun jumlah yang datang, yang menetap pasti hanya yang terbaik untukku. Lindungi aku dengan perlindungan terbaik-Mu wahai Dzat yang maha melindungi. Arahkan langkahku untuk mengarah hanya kepada-Mu.
Aku menikmatinya, Tuhan...

Senin, 30 Juni 2014

Di Juniku ada Ramadhan

Di dua hari terakhir di bulan Juni, Ramadhan tiba. Bulan yang paling romantis diantara sebelas bulan lainnya. Bulan yang selalu dirindukan setiap insan. Ya, termasuk aku. Walau aku belum pernah benar-benar memberikan amalan terbaikku di setiap Ramadhan. Aku pasti mencobanya lagi. Pasti. Ramadhan ini, aku masih berstatus sama. Hmm...terimakasih atas waktu belajarku yang cukup panjang ini, Tuhan. Aku yankin, semua ini adalah cara-Mu mengajariku. Doaku di Ramadhan ini; Semoga Ramadhan tahun ini, adalah Ramadhan terakhirku yang aku lalui sendiri. Aamiin...

Bandung, 29 Juni 2014

Senin, 23 Juni 2014

Juni-ku

Juni ini adalah Juni-ku yang ketiga tanpa bapak. Terimaksih atas berkah-Mu ya Rabb. Entah apalagi yang harus kuucapkan untuk menyusukuri hari-hariku. Terlalu banyak nikmat, yang bahkan aku sempat melupakannya. Maafkan aku, Tuhan...

Juni ini aku tak meminta apapun. Juni ini aku hanya ingin mampu mengucap ribuan syukur kepada-Mu. Syukur yang seringkali aku lupakan selama ini. Tuhan, terimakasih atas Juni-Juniku yang telah puluhan kali kulewati.

Juni-ku kali ini seperti biasa. Tanpa ada kue, tanpa ada perayaan apapun. Tapi aku yakin, ada banyak doa di Juni-ku kali ini. Harapan-harapan orang yang menyayangiku semua dipanjatkan di Juni ini. Terimakasi untuk kalian, yang selalu mengucap namaku disetiap doa kalian. Bahkan tanpa pernah kutahu. Aku tak pernah bisa membayangkan, seperti apa aku tanpa kalian.

Sekali lagi untuk Juniku kali ini, aku ucapkan terimakasih Tuhan...



Bandung, 22 Juni 2014

Rabu, 04 Juni 2014

Syukurku

Hari ini, saat semua sudah kulalui. Maka saatnya aku mulai merapikan kenangan-kenangan. Kenangan yang mungkin telah menjadi sebuah lelucon jika kuingat kembali. Sudah tidak ada sakit disana. Yang ada hanya kelucuan dan kesyukuran atas waktu yang telah membawaku ke masa itu. Aku sungguh bersyukur Tuhan, pernah melalui banyak jalan, telah menciptakan banyak langkah, telah jatuh berkali-kali. Dan kini telah tersenyum berkali-kali, bahkan jutaan kali. Yah, semua sudah berlalu.

Hari ini, saat ini aku berdiri tegak menatap hari esok dengan keyakinan atas doa yang segera Tuhan kabulkan untukku. Terserah apa kata orang. Mereka tidak pernah tau aku. Sungguh mereka hanya penonton yang baik. Bersorak ketika aku menang. Dan kecewa ketika aku kalah. Tak apa, itulah hidup.

Hari ini. Yaa, detik ini. Aku tetap bahagia atas hidupku. Aku mencintai hidupku, mimpiku dan kalian, orang yang selalu menyebut namaku dalam doa.



Bandung, 04 Juni 2014

Minggu, 27 April 2014

Mengulang perjalanan, tapi bukan untuk mengulang ceritanya...

Perjalanan ini lagi, pikirku sambil tersenyum. Perjalanan itu adalah perjalanan yang sama seperti dua tahun yang lalu. Hanya ceritanya saja yang berbeda. Jalannya masih sama, tempat tujuanya pun tidak banyak berubah. Bahkan untuk rasa cokelat panas yang disajikanpun masih sama. Mengingatnya, bukan lagi hal yang membuatku sakit lalu menangis. Tapi kini sudah menjadi hal yang selalu buatku tersenyum. Betapa aku bersyukur pernah melalui masa-masa itu.Walau harus punya sikap sebodoh itu, aku tetap bersyukur.

Terimakasih untuk kamu, yang pernah memberikanku kesempatan untuk merasa disayangi. Iya, disayangi kamu. Entah sayang sebagai teman, adik, atau hanya sebatas manusia yang sama-sama hidup di bumi Tuhan ini. Tenang saja, ini memang "perjalanan yang diulang" tapi aku pastikan bukan "cerita yang diulang".



Bandung, 26 April 2014

Kamis, 10 April 2014

Nanggerang itu Ada Lhoo...

Berawal dari ditundanya bikin NPWP, aku jadi pengen cerita tentang daerah tempat kelahiranku. Alasan yang aneh sih, tapi memang begitu adanya. Dua kali aku bikin NPWP, dua kali juga aku belum sukses. Awalnya sih ga ngerti kenapa. Ternyata, selidik punya selidik itu gara-gara alamat KTP yang sekaligus tempat kelahiranku yang ga diakui. Oemji...aku baru tau ternyata nama desa tempat tinggal aku itu ga kedaftar. Awalnya sih aku keukeuh, masa iya ga kedaftar. Padahal dari sebelum aku lahir aja itu desa udah ada. Dilain waktu aku pulang ke rumah, dan cerita kepada kakak tertuaku. Ternyata memang desa tersebut adalah desa pemekaran. Dan kabar kurang baiknya ternyata yang namanya daerah pemekaran selalu tidak ditemukan di data online, apapun itu. Nah jadi, sampe saat ini aku belum punya tuh yang namanya NPWP. 

Padahal nih ya, desa aku itu termasuk desa yang banyak dikenal orang. karena disana ada wisata sejarahnya. Pernah denger cerita tentang subanglarang? Naaah di daerahku lah subanglarang berasal. Bahkan sebagai buktinya, disana ada makan yang ukurannya tidak seperti pada umumnya. Makamnya lebih panjang, makanya di namakan "makam panjang" disana. 

Eh iya, beberapa bulan yang lalu aku juga penasaran tuh sama makam itu. Akhirnya pas aku liburan di rumah, aku menyempatkan jalan-jalan kesana. Dan memang ada sisa-sisa kehidupan pada masa dulu disitu. Yaa walaupun sedikit. Sebenernya mungkin banyak ya...tapi dari sejak aku kecil banyak penduduk yang sering menemukan benda-benda aneh disana. mulai dari yaang kurang bernilai sampai yang bernilai pernah ditemukan disana. Yang paling sering yaitu berbentuk keris dari emas. Hanya sayang, saat itu memang belum dilakukan penelitian jadi ya barang-barang temuan tersebut banyak dijual warga. 

Sekedar informasi ni yaa... desa aku itu ada di Nanggerang kecamatan Binong kabupaten Subang, Jawa Barat. Siapa tau ada yang pengen liat-liat ke "makam panjang" itu. Hehe.

Oh iya, jalan kesana juga melewati jembatan gantung lhoo....dan aku pernah berfoto sama sodaraku disana, niiih fotonyaa...

 No edit (tetep narsis)

Selasa, 08 April 2014

Perjalanan Sederhana

Jalan-jalannya sangat sederhana. Hanya memakan waktu kurang dari 5 jam saja. Iya, beginilah cara aku dan sodaraku melepas penat. Kami tidak membiasakan diri untuk liburan yang memakan waktu dan biaya yang banyak. Yaa selain emang dompet kami yang belum tebal, kami juga merasa hal itu belum terlalu perlu untuk kami. Jadi cukuplah untuk mengenal daerah-daerah yang masih dekat dengan kampung halaman. Akhirnya sodaraku ngajakin ke In-dra-ma-yuuu... Ini perjalanan pertamaku ke kota itu lewat pantura pake motor, tepatnya daerah Sukra. Masih deket dengan Pamanukan, dan dengan Binong tentunya :) Naaah ini aku posting hasil jepret abal-abalnya. He he heee

PLTU Sukra - Indramayu
 
Narsisnya malu-malu (tumben)
Ceritanya mau bikin siluet
Ini candid hasil jepret Izal Markozal

Udah sih segitu doang... keburu malem soalnya. Jalan-jalannya memang sebentar, dan dengan budget yang sangaaaaat hemat. Tapi sensasi perjalanannya itu lhoo....oh Tuhan, salip-salipan diantara mobil-mobil gede. Berasa kecil banget. Padahal itu ciptaan manusia. Apa kabarnya kita coba, kalo dibandingin dengan Tuhan yang maha besar beserta seluruh ciptaannya yang luar biasa. Maka nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kau dustakan (Ar-Rahman).




Subang , 31 Maret 2014

Selasa, 11 Maret 2014

Waktu Kita Kecil [PUISI]

httpswwwfotoblur.comimages182594


WAKTU kita kecil, kita ingin terbang seperti burung, berkelana ke angkasa, mencari dunia yang lebih angker untuk bermain petak umpet. Sebab hanya di tempat seperti itu kita diperebutkan oleh anak-anak perempuan yang takut setan.

Waktu kecil kita ingin menjadi kupu-kupu. Hinggap dari satu bunga ke bunga lain yang tumbuh di antara semak belukar. Bercinta dengan bebasnya di alam terbuka. Angin berhembus kencang menimbulkan getaran keras pada daun-daun dan menggoyangkan tangkai-tangkainya — hingga seluruh birahi tumpah di penghujung petang itu.

Waktu kecil kita berlarian di pematang sawah, atau bermain di tumpukan jerami sehabis panen. Waktu itu belum ada pabrik yang dibangun di atas lahan pertanian. Petang hari kita bermain sepak bola. Lapangannya terbentang dari belakangan rumah sampai ke bukit-bukit. Sama sekali tidak pernah terpikir bahwa kelak kita akan kehilangan itu semua, dan hanya bisa bermain bola di lapangan futsal yang sempit. Tapi mungkin itu bukan permainan bola, hanya sejenis kenangan yang diawetkan.

Waktu kecil kita pergi ke sekolah berjalan kaki tanpa sepatu. Jaraknya berkilo-kilo meter. Buku pun cuma satu untuk mencatat semua mata pelajaran. Waktu itu pemerintah menyediakan buku ajar. Jadi kita tidak perlu membelinya. Atau buku bekas kakak sulung kita yang masih bisa dipakai sampai adik yang kesepuluh.

Waktu kecil kita bermimpi pindah ke kota, bekerja di kantor besar. Pergi dengan mobil yang disetir sendiri sambil ngebut di jalan raya. Waktu itu belum terpikir kemacetan akan seburuk ini. Di kota kita bisa hidup lebih bebas. Pergi ke mana kita suka tanpa takut diomeli orang tua. Membeli pakaian sendiri. Memilih sepatu sendiri. Memilih pasangan hidup sendiri.

Setelah dewasa, kita ingin kembali ke masa kecil yang dipenuhi impian-impian indah. Kita pun kembali berkumpul dengan anak-anak di sore hari atau malam bulan purnama. Menyaksikan mereka bermain ular naga, galasin, engklek, atau hompimpa yang mengawali permainan yang mendebarkan: petak umpet. Kita terkejut karena semua yang pernah kita impikan dulu masih tersimpan rapi di mata mereka.



Di repost dari ahmadgaus.wordpress.com

Minggu, 02 Maret 2014

Ketika Ikhlas Menjelma Kekuatan Tak Terbanding

Luka lalu saja belum benar-benar sembuh. Dan ternyata aku "dipercaya" lagi untuk mengurusi luka baru. Akh..rasanya semakin kebal saja. tepatnya mungkin mati rasa. Mereka bahagia, dan aku terluka. Tapi syukur ku ucapkan mataku lebih kuat dari hatiku. Dan mulutku, sudah jauh lebih pandai tersenyum lalu tertawa untuk menutupi remuk redam hatiku.

Terkadang aku berpkir, apakah aku terlampaui bodoh, sampai-sampai harus melalu hal ini berkali-kali? Tapi ngga. Aku tidak sebodoh yang aku pikir. Ini hanya soal waktu, soal waktu yang belum tepat. Soal Tuhan yang belum mengizinkanku bertemu dengan pilihan-Nya.

Aku iri.

Ya, sungguh aku iri pada dia, aku iri pada semua yang tengah berbahagia dengan satu alasan itu. Tapi bisa apa aku? selain tersenyum, dan menyelamati mereka sepaket dengan doa-doa terbaik yang berhak mereka dapatkan dariku.

Oke,
Aku menerima. Aku berterimakasih atas semua jalan yang Dia tunjukan. Hanya aku minta sama Tuhan agar aku dilimpahkan kesabaran berlipat. Serta lindungi aku dan keluargaku dari kata yang disebut putus asa.

Aku yakin apapun jalanku, seperti apapun langkahku, ini adalah yang terbaik. Ikhlas. Ya, ketika ikhlas adalah satu-satunya kata klasik yang menjelma kekuatan tak terbanding.


Bandung, 02 Maret 2014

Sabtu, 22 Februari 2014

Obrolan Mereka Malam Itu ...

A : Cape dengan keadaan yang memaang kadang tak sesuai harapan. Namun kondisi menuntut untuk tetap dewasa.

B : Amanah tidak pernah salah memilih pundak. Dan Allah tidak pernah menciptakan beban melebihi kapasitas pundak.

A : Biarkan hidup ini penuh warna. Entah seperti apa nanti aku akan memperjuangkan mimpi.
Pundak ini selalu kuat demi yang Maha kuat, namun sejujurnya butiran bening itu terkadang menetes. 

B : Itulah seninya perjalanan hidup. Tak selalu mejanjikan indah disetiap jengkalnya. Tapi pasti menjanjikan bahagia di ujung tujuan, dalam bentuk apapun.
Sesulit apapun usaha, selelah apapun tubuh menopang masalah, atau sebanyak apapun air mata yang harus menetes. Semua akan tampak biasa saja saat kita telah melewatinya.
Semua itu akan membuat kita tumbuh. Jadikanlah Allah sebagai penolong, dan keluarga sebagai hiburan dari penatnya kehidupan.

Obrolan dua orang anak manusia yang memiliki mimpi besar akan hidupnya dan keluarganya. Yang satu tengah mengalami keterpurukan semangat karena tempaan hidup yang ternyata jauh lebih berat dari yang ia bayangkan. Sedangkan yang satunya mencoba menyampaikan apa yang pernah iya rasakan tapi telah mampu dia lewati, dan bahkan berulang kali.

Limpahkanlah kepada kedua orang tersebut kekuatan Tuhan... jadikan mereka orang-orang yang selalu optimis. Tuntunlah langkahnya selalu Tuhan, karena mereka tidak pernah punya yang lebih kuat selain Engkau. Aamiin...




Bandung, 21 februari 2014

Minggu, 09 Februari 2014

Akh Kalian Ini...

Kali ini edisi curhat lagi, belum ada ide buat nge-puisi.
Entah harus mulainya dari mana. tapi intinyaaa hari ini ga enak banget. semua orang nanyanya tentang hal yang satu itu. NIKAH. Ga bisa apa ya nanya yang lain aja gitu. Nanyain kabar skripsi aku ke. Nanyain soal bisnis apa aku sekarang ke...ato apalah yang bikin aku semangat. Lah ini? bikin aku bete. Hmmm okeeeyyy...aku maafkan kalian yang bikin aku bete hari ini dan kemarin. Asal dengan satu syarat, ucapan kalian semua itu harus jadi doa buat aku :D aamiin.


Bandung, 08 Februari 2014

Kamis, 23 Januari 2014

Januari 2014

Sudah dua tahun ternyata...
Iya, bapak pergi meninggalkan kami sudah dua tahun lamanya. Berasa se-abad. Tepat 22 Januari 2012, bapak pergi meninggalkan kami untuk kembali kepada sang empunya seluruh makhluk dan segala yang ada di muka bumi ini. Terpukul, sudah pasti. Berasa gelap bumi ini. Banyak ketakutan yang kami khawatirkan, khususnya aku.

Aku mengkhawatirkaaaan banyak hal. Mengkhawatirkan kehidupan keluarga, ketentramannya, kerukunannya, mengkhawatirkan ibu dan pastinya aku. Aku mengkhawatirkan diriku sendiri. Aku takut kalau-kalau aku tak pandai memilih calon imamku kelak. akh...ternyata semua itu hanya ketakutanku saja.

Setelah dua tahun berlalu, kami tetap berjalan, melangkah, masih bergandengan tangan. Walau kadang kami berpisah dan memilih jalan masing-masing, tapi pada satu titik kami akan selalu bertemu, bercerita dan bersenda gurau. Kemudian kami mulai menyamakan lagi persepsi kami tentang hidup dan kehidupan.

Akh bapaaak... mengingatmu selalu membuatku rindu untuk kembali melihatmu ada ketika aku pulang ke rumah. Mendengar suaramu lewat saluran telpon saat aku telat pulang ke rumah. Dan aku rindu melihat senyum bahagiamu saat mencoba baju baru di malam takbir setiap lebaran. Akh...merindukanmu selalu membuat dada ini sesak sesaat...

I love you so much pak....and i miss you....



Bandung, 22 Januari 2014