Kamis, 13 Agustus 2015
Karena bahagia itu selalu sederhana
Rabu, 22 Juli 2015
Oleh Oleh Reuni Akbar SMA Negeri 2 Subang Angkatan 1991-2014
Sabtu, 18 Juli 2015
Lebaran Kami Yang Heboh
Itulah sepenggal cerita lebaran keluargaku. Sederhana, tapi tetap menyenangkan. Semoga Allah mengizinkan kami bertemu Ramadhan kembali di tahun depan.
Rabu, 20 Mei 2015
Menulis Itu Menyembuhkan
Ada korelasi antara kegiatan menulis dengan kondisi kesehatan manusia. Dan hubungannya ternyata positif. Artinya, menulis bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
James W. Pennebaker adalah salah satu pelopor studi mengenai keterkaitan antara kegiatan menulis dengan kondisi kesehatan manusia. Psikolog yang mengajar di Southern Methodist University, USA, ini sering menganjurkan kliennya untuk menuliskan soal-soal yang bersifat pribadi. Misalnya, seputar kejadian-kejadian di masa kecil, relasi dengan orangtua, orang-orang yang pernah dicintai atau yang sekarang Anda cintai, atau karier Anda.
Pennebaker kerap menyarankan agar sedikitnya dalam empat hari berturut-turut kliennya menuliskan emosi-emosi dan pikiran-pikiran terdalam yang muncul. Emosi-emosi dan pikiran yang berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa sangat penting, peristiwa-peristiwa yang memengaruhi hidup Anda sampai saat ini. Ungkapkan dan galilah setiap kejadian penting da
... baca selengkapnya di Menulis Itu Menyembuhkan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Senin, 18 Mei 2015
Pada Akhirnya
Bila engkau baik hati, bisa
saja orang lain menuduhmu punya pamrih;
tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.
Bila engkau jujur dan terbuka,
mungkin saja orang lain akan menipumu;
tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.
Bila engkau mendapat ketenangan
dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain jadi iri;
tapi bagaimanapun, berbahagialah.
Bila engkau sukses, engkau
akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati;
tapi bagaimanapun, jadilah sukses.
Apa yang engkau bangun selama
bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;
tapi bagaimanapun, bangunlah.
Kebaikan yang engkau lakukan
hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang;
tapi bagaimanapun, berbuat baiklah.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.
Pada akhirnya, engkau akan
tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu.
Ini bukan urusan antara engkau dan mereka.
(Mother Teresa)
... baca selengkapnya di Pada Akhirnya Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Rabu, 29 April 2015
Ini Cerita Kami
Minggu, 12 April 2015
Sekeping Kenangan
Bandung, 13 April 2015
Jumat, 10 April 2015
Don't Lose Heart
"Don't lose heart, please don't sign that you are unhappy. The sunshine and the breeze will not favour anyone. Dreams can be dreamed equally. I have seen hard times but i am glad that i am alive. Don't you ever lose heart either."
Selasa, 07 April 2015
Mereka Ibu Dihatiku
Senin, 06 April 2015
Aku Anak Penjual Es Kenong
Waktu berlalu. Bapakpun semakin tua dan sakit-sakitan. Karena memang bapak dari mudanya sudah sakit-sakitan, wajar saja jika semakin tua badannya semakin lemah. Bersyukurnya aku dan kakak-kakak memang memiliki jarak usia yang jauh.Jadi pada saat aku SD kakak terbesarku sudah menikah dan bisa dibilang lumayan sudah mampu untuk membantu ekonomi keluarga kami. Akhirnya kakakku pun memutuskan untuk mem-pensiunkan orang tua kami. Alhamdulillah. Tahun terus berjalan, kakakku yang lainpun mulai kerja lalu menikah. Semua kupikir baik-baik saja dan akan selalu seperti itu. Tapi ternyata tidak. Sesuatu terjadi pada keluargaku.
Kakak pertamaku mendapatkan masalah dipekerjaannya. Beliau di fitnah korupsi lalu dikeluarkan. Berbarengan dengan itu juga, saudara dari kakak iparku menuntut sesuatu berdasarkan atas keirian. Ah...keadaan yang selama ini aku pikir akan selalu baik-baik saja ternyata harus berubah. Ekonomi keluarga kitapun semakin porak poranda. Kakak-kakakku yang lain belum mampu kalau untuk menopang keluarga ini. Tidak ada jalan lain, pikir orang tuaku. Selain bapak kembali pada profesinya yang lama. Ya, beliau mulai berjualan lagi. Jualan es kenong, keliling kampung. Demi aku yang saat itu masih sekolah di SMA, dan baru kelas 2. Aku sakit pasti. Aku nangis saat itu. Bukan karena malu, tapi lebih kepada sakit hati atas keadaan. Atas masalah yang beruntun datang ke keluarga kami.
Hari terus berjalan. Walau bapak sudah tua, dan tenaganyapun sudah tidak sekuat dulu akhirnya sering sekali bapak pulang lebih awal karena jantungnya tidak baik-baik saja. Tapi beliau tetap semangat. Demi siapa kalau bukan demi anak-anaknya. Demi melihat anak-anaknya tenang dan tak mengkhawatirkan tentang kebutuhan orang tua. Ada satu hal yang tak akan pernah aku lupakan, dulu setiap bapak pulang jualan bapak selalu bilang ke ibu, "pisahkeun nyi duit nu aralusna, keur bekel si eneng sakola". Bagi orang lain mungkin biasa saja, tapi tidak untukku. Itu luar biasa. Mereka selalu kompak. Bagi mereka keadaan sulit saat itu tidak sebanding dengan keadaan sulit yang pernah mereka alami di masa lalu.
Alhamdulillah seiring waktu kakakku pun mulai bangkit. Dia mulai kembali ke aktifitas barunya. Sesuai dengan pendidikan yang pernah ditempuhnya. Ya, sebagai guru. Walaupun pada saat itu, kakakku masih berstatus guru kontrak. Tak masalah bagi orang tuaku. Yang terpenting kakakku sudah bangkit dari keterpurukannya.
Saat itupun tiba, aku lulus SMA. Bahagia pasti, tapi sedihpun iya. Karena disaat yang sama aku juga putus sekolah. Ekonomi keluargaku tidak memungkinkan untukku melanjutkan kuliah. Akhirnya aku dijemput kakak laki-laki ku yang tinggal di Bandung untuk ikut tinggal bersamanya sambil mencari kerja. Yaa memang terlalu kecil untuk kerja. Tapi tekadku bulat, kalau aku harus bekerja demi keluargaku. Aku harus bisa kuliah untuk kemudian mampu mengubah keluargaku menjadi lebih baik. Entah itu mimpi, atau hanya sekedar khayalan aku ga peduli. Yang terpenting bagiku aku harus memiliki semangat entah dari apapun sumbernya.
Di usia remajaku yang pada umumnya berbahagia dengan berpacaran atau menghias diri, aku tidak. Aku memilih fokus mencari kerja. Dari mulai menjadi penjaga toko di pasar baru, sampai akhirnya aku menjadi spg di sebuah factory outlet. Seperti panggang jauh dari api rasanya. Cita-citaku yang setinggi langit ke tujuh dengan upayaku yang hanya bekerja sebagai spg, yang notabene berpenghasilan dibawah UMR. Iya, gajihku saat itu 500rb sebulan. bahkan untuk ongkos pergi kerjapun tak cukup. Karena aku masih harus tinggal di Cimahi dengan kakakku. Tapi tak apa, aku tetap sangat bersyukur. Itu hasil kerja kerasku, keringatku.
Seperti layaknya seseorang yang menerima gajih pertama, aku pun akhirnya mengirimkan sebagian uang gajihku ke Subang. Tidak seberapa sih, tapi itu sukses membuat bapakku nangis. Aku sih tidak melihatnya, hanya aku dapat kabar itu dari kakakku. Bagiku itu biasa saja. Tapi ternyata tidak bagi orang tuaku. Mereka bahagia, sekaligus sedih mendapatkan uang itu. Karena mereka tau banget tentang cita-cita aku. Tentang cita-cita awalku yang ingin jadi dokter, sampai kemudian ada masalah aku berubah haluan. Aku memutuskan ingin menjadi pengacara. Ini berangkat dari sakit hati atas kejadian yang terjadi pada keluargaku. Tapi sekarang, mereka menyaksikan sendiri aku hanya menjadi anak yang tak mampu melanjutkan kuliah lalu bekerja sebagai spg. Tapi doa mereka selalu terucap untukku, untuk kakak-kakakku.
Sampai pada saatnya aku pindah kerja ke tempat yang lebih menjanjikan. Masih menjadi spg sih, tapi di perusahaan yang lebih besar. Setahun kemudian aku naik jabatan menjadi seorang staf kantor. Perlahan mimpi itu mulai nampak. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk kuliah. Empat tahun lamanya aku menunggu, akhirnya aku kuliah juga. Tepat di 2010 aku terdaftar sebagai mahasiswa di salahsatu universitas swasta di Bandung. Bahagia pasti, bangga tentu. Tapi disana karirkupun menjadi jaminannya.
Akh entah bagaimana, semua seakan-akan menjadi sulit. Tapi aku tak patah semangat, walau sering ngutang sana sini untuk menutupi kekurangan, aku terus melanjutkan mimpiku. Bahkan beberapa waktu aku dikasih dari orang tuaku untuk membayar kuliah. Karena Alhamdulillah perlahan ekonomi keluarga mulai membaik. Sampai disaat ini di titik ini, dimana bapak telah tiada dan aku masih kuliah tingkat akhir aku masih kuat.
Oh iya aku juga sudah pindah kerja ke tempat yang aku rasa akan banyak memberiku kesempatan (lagi). Setelah sekian lama proses ini kulewati, satu hal yang aku punya : KEYAKINAN. Keyakinanku akan mimpi. Sesulit apapun, selama apapun mimpi itu akan menjadi nyata aku tetap yakin akan meraihnya.
Terimakasih Tuhan, Engkau memberiku kekuatan, keyakinan, semangat, dan kasih sayang yang luar biasa ini. Mungkin jarak tempuhku jauh lebih panjang dari yang lain, tapi aku yakin aku mampu mencapai ujung perjalanan yang membahagiakan. Tak peduli orang berpikir apa, aku akan tetap yakin dengan mimpiku. SEMANGAT buat aku!! Buat seorang anak penjual es kenong.
Bandung, 17 Maret 2014
Meraba-raba
Tak ada jaminan untuk tidak salah sentuh
Tak ada jaminan untuk tidak tersandung atau jatuh
Gelap rasanya
Seakan semua tak pasti, dan memang tak pasti
Pepatah mengatakan "yang pasti dalam hidup ini hanya kematian"
Memang benar...
Itulah yang sebenarnya
Sungguh, kebahagiaan dan kesedihan itu tak pernah pasti